Butuh Trequartista? Sebut Saja Diego Ribas da Cunha!

Ketika Kalender Gregorian menunjukkan tanggal 1 Januari 2015, isu seputar rencana transfer musim dingin pun semakin menghangat. Juventus dikabarkan tengah mempersiapkan diri untuk menggaet seorang trequartista, gelandang serang yang berdiri di belakang dua striker. Hal ini sangatlah wajar, seiring dengan pergantian taktik yang dicanangkan oleh Massimiliano Allegri sejak akhir tahun 2014 silam. Meninggalkan 3-5-2, Allegri kini lebih doyan menggunakan 4-3-1-2. Tentu saja ada sesuatu yang hilang di dalam formasi tersebut. Ya, tepat sekali! Seorang trequartista. Continue reading

Juventus di Bawah Pelatih Tanpa Imajinasi

Saat pertama kali duduk di kursi pelatih, kegamangan Antonio Conte masih terlihat. Kala itu, dirinya masih meraba-raba di mana kekuatan Juventus sebenarnya. Saya masih mengingat dengan jelas pertama kali dirinya menggunakan formasi 4-3-3 dalam sebuah pertandingan, formasi yang ditinggalkan oleh Luigi Delneri. Namun kehadiran Andrea Pirlo mengubah segalanya. Conte menemukan sebuah racikan sempurna untuk membuat Juventus menjadi sebuah tim yang kuat, yaitu lewat formasi 3-5-2, sebuah susunan klasik yang hampir punah di era sepakbola modern ini.

Pirlo nan Mentereng

Andrea Pirlo bisa disebut sebagai sosok yang sangat sentral di klub AC Milan. Di bawah kepemimpinan Carlo Ancelotti, posisinya diubah menjadi deep-lying playmaker setelah gagal memaksimalkan bakatnya sebagai trequartista. Di Milan, Pirlo menjadi penyambung antara lini belakang dengan lini tengah. Visi permainannya juga turut didukung oleh dua gelandang enerjik, yaitu Gennaro Gattuso dan juga Clarence Seedorf, serta dibantu oleh seorang playmaker handal yang ada di diri Ricardo Kaka.

Secara garis besar, lini tengah Milan kala itu memiliki perpaduan yang unik. Kreativitas dan determinasi adalah dua hal yang bisa kita temukan di dalamnya. Pirlo dan Kaka mewakili departemen “pemikir”, sedangkan Seedorf-Gattuso lebih ke arah “fisik”. Kedua hal tersebut juga diwakili oleh kehadiran Rui Costa dan Masimmo Ambrosini di bangku cadangan. Berkat kelengkapan itulah yang membuat Milan berhasil berkuasa di berbagai ajang, baik domestik maupun internasional.

“For fuck sake, Allegri is coming.”

Tanpa bermaksud menyama-nyamakan era emas Milan, Juventus di bawah rezim Conte pun melakukan hal yang demikian. Demi mengoptimalisasi fungsi dari Pirlo, Conte pun berupaya untuk sedikit meniru apa yang dilakukan oleh Ancelotti. Ia memasangkan Arturo Vidal dan Claudio Marchisio sebagai “penjaga” Pirlo. Vidal secara naluriah adalah seorang box-to-box midfielder, sedangkan Marchisio diposisikan sebagai gelandang menyerang.

Peran Vidal dan Marchisio memang sangat berbeda dengan duet Gattuso-Seedorf, tetapi trio Vidal-Pirlo-Marchisio hampir selalu berhasil menguasai lini tengah di setiap pertandingan. Dengan semesta bergerak di sekitar Pirlo, dirinya berubah menjadi pemimpin tunggal di divisi kreatif. Hal ini pada akhirnya mendorong Juventus untuk mengambil inisiatif untuk menguasai bola lebih banyak.

Revolusi Allegri

Setelah Massimiliano Allegri masuk ke San Siro, situasi pun langsung berubah. Identitas Milan pun mulai luluh lantak, seiring dengan kepergian sang matahari Pirlo. Dalam buku biografinya, si pemilik janggut ala Chuck Norris ini mengatakan bahwa pihak manajemen Milan hanya menawarinya perpanjangan kontrak satu tahun. Hal ini berkaitan dengan kebijakan klub yang mengatakan bahwa, “Pemain di atas 30 tahun hanya akan menerima perpanjangan kontrak maksimal satu tahun”.

Pirlo merasa bahwa dirinya masih berfungsi optimal kala berlaga di lapangan hijau.

Pirlo merasa bahwa dirinya masih berfungsi optimal kala berlaga di lapangan hijau. Alasannya sederhana: ia tidak banyak bergerak di tengah lapangan. Artinya, ia masih punya cukup stamina untuk bisa bermain hingga beberapa tahun ke depan. Atas dasar hal tersebut, ia pun menerima tawaran kontrak tiga tahun dari Juventus dan berhasil meraih berbagai gelar (domestik).

Respon kepergian Pirlo pun terhitung telat. Allegri hanya mendatangkan seorang Alberto Aquilani, pemain yang sempat disebut-sebut sebagai gelandang serang kreatif masa depan Italia. Sayangnya, daya kreativitas Aquilani tak kunjung berbuah. Divisi kreatif tak mampu menemukan suksesor dari seorang Pirlo. Panik atas keadaan tersebut, mantan pelatih Cagliari ini malah meminta tim manajemen untuk mendatangkan pemain-pemain yang lebih bertipe “ngotot”. Sebut saja Sulley Ali Muntari dan Antonio Nocerino.

Di musim 2012/2013, Allegri tampaknya mulai belajar. Ia mendepak Aquilani dan menggantikannya dengan Riccardo Montolivo dan mendatangkan si tukang jagal Nigel De Jong. Di atas kertas, Allegri memiliki sejumlah pilihan untuk membuat lini tengah Milan kembali menguat. Sayangnya entah mengapa harapan tersebut tak juga terwujud. Allegri seolah gagal meracik bakat-bakat yang ada di daftar pemain Milan.

“Please. Stop it, Allegri. I’m begging you.”

Montolivo sangat jelas adalah seorang pemain muda yang berbakat. Ia masih mampu meladeni permintaan pelatih untuk berpindah dari posisi favoritnya. Meski terlihat tak terbiasa bermain sebagai deep-lying playmaker, tetapi Montolivo berhasil mengakalinya dan berubah menjadi seorang box-to-box midfielder yang sangat berguna di Milan. Semasa bermain di Fiorentina bersama Cesare Prandelli, ia lebih optimal saat bermain sebagai attacking midfielder di belakang penyerang.

Tetapi sayangnya Allegri justru memberikan rekan yang tidak sesuai, bahkan terkadang tidak relevan. Salah satu “kesalahan” yang sempat dibuat Allegri adalah dengan meletakkan Urby Emanuelson di sisi kiri dari tiga gelandang tengah. Kegamangan pun langsung dirasakan oleh pemain yang apik kala melakoni fungsi sebagai bek sayap kiri. Selain kesalahan fatal di bidang taktik, Allegri juga gagal move on dari Zlatan Ibrahimovic. Perannya begitu sentral di lini depan, sehingga Allegri begitu tergantung kepada penyerang yang lebih memilih Paris Saint-Germain sebagai tempat untuk mengembangkan karirnya.

Juventus Under New Regime

Allegri hampir dipastikan akan mengubah taktik dari Juventus. Saya yakin Juventus akan menanggalkan 3-5-2 dan menggunakan 4-3-1-2, formasi yang lebih familiar untuk Allegri. Berkembang kabar bahwa Allegri akan menggunakan seorang playmaker di belakang dua striker dan kemungkinan besar Pogba-lah yang akan memerankan tokoh tersebut. Di lini tengah, trio Vidal-Pirlo-Marchisio akan tetap digunakan, meskipun saya merasa bahwa Pirlo akan segera disingkirkan, atau setidaknya akan mengalami perubahan posisi.

Terkait bursa transfer, sejauh ini Allegri telah mulai bergerak di. Alvaro Morata kembali dirayu agar mau bergabung dengan Juventus. Di samping itu, Ignazio Abate, Davide Astori, dan Stephan El Sharaawy dikabarkan tengah didekati oleh pihak Juventus. Sebastian Giovinco kabarnya akan ditukar dengan Wesley Sneijder dan Patrice Evra yang kabarnya tidak jadi merapat ke kota Turin. Di samping itu, Andrea Barzagli dan Angelo Ogbonna hampir pasti didepak dari J-Stadium.